MASALAH KEPENDUDUKAN
Profil Negara Republik Rakyat China
Republik
Rakyat China merupakan sebuah negara yang berfaham komunis, terletak di Asia
Timur yang beribu kota di Beijing dengan kota besar yang terkenal, Shanghai.
Negara ini adalah negara dengan kapasitas penduduk terpadat di dunia. Sensus
penduduk pada tahun 2000 sekitar 1.242.612.226 jiwa dan diperkirakan pada tahun
2010 sebesar 1.338.612.968 jiwa. RRC merupakan salah satu anggota tetap Dewan
Keamanan PBB.
Peradaban
China kuno merupakan salah satu peradaban termasyhur di tanahAsia. Dalam
sejarah, kawasan China kuno ini meliputi wilayah “Zona Tionghoa” yang terdiri
dari Korea, Vietnam, pulau Liu Chin. Sekarang kawasan-kawasan ini menjadi
negara-negara yang bebas terbentang dari negara RRC, Korea (Utara dan Selatan),
Hongkong, Singapura dan Taiwan. Negara-negara bekas kawasan China kuno ini
telah bermetamorfosis menjadi negara-negara adidaya kawasan Asia, menemani
negara tetangga, Jepang. Jepang sendiri pada masa kuno menguasai kawasan “ Zona
Asia Dalam” yang meliputi non-China, Manchu, Mongol, Uighur, Turki, dan Tibet.
Penduduk
China
Kuantitas Penduduk :
1. Pertumbuhan
penduduk negara ini adalah 0,8% setiap tahun.2.
2. Sebagaian
besar penduduk tinggal di wilayah pedesaan.
Kualitas Penduduk :
1. Pendidikan
penduduknya sebagian besar sudah tamat SLTA.2.
2. Angka
harapan hidup penduduknya adalah 71 tahun.3.
3. Penduduknya
mempunyai pendapatan perkapita $ 7.640.
Kebijakan
Pemerintah China Terkait Masalah Kependudukan
Pemerintah
China telah menggunakan beberapa metode untuk mengendalikan pertumbuhan
penduduk. Pada tahun 1979, China memulai "kebijakan satu anak per
keluarga". Kebijakan ini menyatakan bahwa warga negara harus mendapatkan
akte kelahiran sebelum kelahiran anak mereka. Wargaakan ditawarkan manfaat
khusus jika mereka sepakat untuk hanya memiliki satu anak. Warga negara yang
memang memiliki lebih dari satu anak akan dikenakan pajak sampai 50% dari pendapatan
mereka, atau dihukum kehilangan pekerjaan atau manfaat lainnya. Selain itu,
kehamilan yang tidak direncanakan atau kehamilan tanpa otorisasi yang tepat
akan perlu dihentikan. Pada tahun 1980, sistem kuota kelahiran didirikan untuk
memantau pertumbuhan penduduk. Dibawah sistem ini, pemerintah menetapkan tujuan
target untuk setiap wilayah. Pejabat lokal bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa populasi total pertumbuhan tidak melebihi target sasaran. Metode
pengendalian populasi oleh pemerintah China untuk membatasi meningkatnya total
populasi, termasuk program pengendalian kelahiran dan perubahan ekonomi.
Pada era '80-an, tujuan sterilisasi telah ditetapkan dan diwajibkan bagi orang
yang memiliki dua anak. Pada puncaknya pada tahun 1983, tercatat legasi tubal,
vasectomi dan aborsi meningkat hingga sebesar 35% dari total kelahiran. Selain
itu, perekonomian utama berubah dari pertanian ke industri. Pemerintah
menggunakan ini sebagai keuntungan dalam menyebarkan pandangan bahwa
pertumbuhan ekonomi akan menghambat pertumbuhan populasi.
Masalah
yang terkait dengan kebijakan kependudukan. Ada banyak masalah yang terkait
dengan kebijakan dan program yang ditetapkan oleh pejabat China. Pertama,
program ini sulit untuk diterapkan dan hanya menghadirkan sedikit kesuksesan.
Pejabat lokal yang bertanggung jawab atas total pertumbuhan telah memalsukan
laporan untuk menghindari hukuman. Akibatnya, tidak adanya laporan jumlah
kelahiran sebanyak 27% pada tahun 1992. Selain itu, sesuai dengan sistem kuota
kelahiran masih rendah. Dari 14.808 bayi lahir antara 1980-1988, hanya sekitar
setengah yang memiliki izin kelahiran sesuai hukum. Mereka yang lahir dengan
legal, 88% adalah anak pertama yang kemudian diizinkan lahir. Selanjutnya, jika
anak kedua lahir, hanya 11% yang diizinkan. Terakhir, orang-orang dari
masyarakat pedesaan, yang ingin memiliki keluarga yang lebih besar untuk membantu
peternakan keluarga, tidak bisa mentaati sistem kuota kelahiran.
Konsekuensi
sosial dan politik. Pemerintah China juga harus berurusan dengan pergolakan
politik dan sosial sebagai akibat dari kebijakan yang ketat. Amerika Serikat,
serta banyak negara lain, secara terbuka telah menyatakan ketidaksetujuan
mereka dengan para pemimpin China untuk kebijakan sterilisasi mereka. Selain
itu, warga China telah membalas dengan aksi kekerasan terkait dengan kebijakan
satu anak. Akhirnya, preferensi budaya untuk anak-anak telah menyebabkan
sejumlah besar insiden pembunuhan bayi perempuan. Akibatnya, pemerintah China
telah mengambil kebijakan "daughter only household " yang
memungkinkan pasangan pedesaan yang awalnya memiliki anak perempuan pertama
diizinkan untuk memiliki anak kedua.
Manfaat
sosial dan ekonomi. Selama lima puluh tahun terakhir, China telah meningkatkan
standar hidup dengan tetap menurunkan tingkat pertumbuhan. Akses ke sumber daya
alam telah meningkat secara drastis sejak tahun 1980. Menurut State Family
Planning Commission (SFPC), cakupan air ledeng telah meningkat dari 84% persen
menjadi 94% dalam lima belas tahun terakhir. Selain itu, cakupan gas alam telah
meningkat dari 16% menjadi 73%. Selain itu, cakupan medis telah diperluas untuk
mencakup kelahiran dan asuransi kompensasi pekerjabagi para ibu yang mengikuti kebijakan
kelahiran di China. Pada tahun 1998, 19% penduduk China menggunakan kebijakan
ini. Manfaat lainnya adalah peningkatanharapan hidup rata-rata dari 35 tahun
pada tahun 1949 menjadi 70 tahun padatahun 1996, dan menurunkan angka kematian
bayi dari 200:1000 menjadi 33:1000.
Hasil
di masa depan. Reformasi serius adalah yang diperlukan untuk memastikan
bahwa penduduk China tidak akan terus tumbuh. Kebijakan yang lebih baik,
pendidikan yang lebih baik, dan urbanisasi dapat membantu China untuk mencapai target
populasi. Sejak tahun 1980, China telah menyadari pentingnya kolaborasi antar
lembaga, dan itulah yang membuat SFPC terbentuk. Lembaga ini, bersama dengan
yang lain bertugas mengumpulkan informasi tentang total populasi dan membantu
pemerintah untuk melaksanakan kebijakan. Proyeksi pertumbuhan penduduk China
diperkirakan sekitar 1,5 miliar pada tahun 2025 (PRB 7). Angka ini akan terus
meningkat, dan beban sosial dan ekonomi akan terus mewabahi semua orang yang
tinggal di China.
Kemajuan
China
Jika
dilihat dari sudut perekonomian dan tatanan kenegaraan, China telah melewati
tiga fase panjang dalam sejarah perekonomian maupun kenegaraannya setelah
bangsa ini berubah menjadi negara reformasi. Pertama berkisar pada tahun
1946-1976, merupakan era Mao Zedong. Negara China pada masa kepemerintahan Mao
cenderung tetutup dari politik luar negeri maupun perekonomian luar negeri.
Segala kebijakan yang berkenaan dengan politik, budaya, maupun pendidikan hanya
diputuskan di pusat pemerintahan, yakni diBeijing dan dilandaskan pada ajaran
Mao (Maoisme). Atas ketertutupan inilah maka China dijuluki sebagai “Negara
Tirai Bambu”.
Fase
kedua yang berkisar pada tahun 1978-2008 merupakan fase kepemimpnan Deng
Xioping. Pada masa kepemimpinannya negara China cenderung terbuka baik dalam
perekonomian maupun dalam berpolitik di kancah domestik maupun internasional.
Deng Xiaoping merupakan pemimpin yang sangat dikagumi rakyat dalam
kepemimpinannya. Kepandaiannya dalam berpolitik dan berdiplomasi sangat hebat.
Seorang negarawan Malaysia, DR. Mahathir Muhammad dalam A Globalization With
Commen Development (Oktober 2001) mengatakan “Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
salah satu pria terhebat abada ke-20 adalah Deng Xiaoping, bapak dari empat
modernisasi China. Petuah-petuahnya harus selalu ada di benak kita bila
berbicara tentang isu-isu besar dunia, bahkan untuk selamanya”.
Dari
pernyataan DR. Mahathir telah digambarkan betapa besarnya sosok pemimpin
Deng Xiaoping dimata kawan maupun lawan berpolitiknya. Pemimpin China yang satu
ini juga memberikan andil yang besar atas kebijakan-kebijakanyang diambil oleh
keputusan pemerintah pusat. Dalam perekonomian misalnya, Deng berani mengambil
suatu kebijakan yang krusial, yakni sedikit melenceng dari rambu-rambu faham
sosialis. Deng berkata dalam pidato kenegaraannya “Tidak penting seekor kucing
itu berwarna hitam maupun putih, yang pentingadalah seekor kucing bisa
menangkap tikus”.
Ucapan
Deng tersebut ditujukan untuk menanggapi kritikan negara-negarasosialis yang
tidak mengakui kepemilikan maupun kekayaan individu, meliputi negara-negara
bekas Uni Soviet. Pada awalnya, China merupakan negara yang berfaham sosialis
dalam tatanan perekonomian mereka, namun Deng memerintahkan orang-orang
pemerintahan di bawahnya untuk mengambil beberapa kebijakan yang baik dan bisa
mendatangkan keuntungan bagi negaranya, walaupun harus bertentangan dengan
kebijakan kaum sosialis pada umumnya. Namun China masih mengklaim dirinya
sebagai negara sosialis dan kebijakan perekonomian yang diambil juga mayoritas
mencerminkan kesosialismenya.
Selain
kebijakan di bidang perekonomian, Deng juga mengambil kebijakan di dalam
menanggulangi masalah over-population. Deng menerapkan kebijakan satu anak bagi
setiap keluarga di China. Kebijakan yang kemudian dijadikan sebagai peraturan
negara, diambil atas dasar kekhawatiran pemerintahan terhadap meledaknya jumlah
penduduk di China. Akan tetapi kebijakan ini tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan pemerintah. Peraturan satu anak hanya berjalan dipusat-pusat perkotaan,
sementara di desa dan daerah-daerh pelosok masih belumbisa dilaksanakan oleh
masyarakat. Mengingat pada waktu itu pedesaaan cenderung membutuhkan anak
laki-laki untuk menggarap tanah yang warga miliki.
Kepemerintahan
Deng juga membuat revolusi dibidang pendidikan. Pada awal mula dia memerintah
Republik Rakyat China, Deng sangat memperhatikan pendidikan di negaranya. Deng
berkata dalam pidato di depan masyarakat China (1978) : “Bila China ingin
memodernisasi perindustrian, pertanian, danpertahanan, maka yang harus
dimodernisasikan dulu adalah sains dan teknologi serta menjadikannya kekuatan
produktif”.
Fase
ketiga adalah masa-masa generasi penerus, pada tahun 1992-2003 China diperintah
oleh Jiang Zemin / Zhu Rongji dan diteruskan lagi oleh duet Hu Jianto / Wen
Jiabo sejak tahun 2003 sampai sekarang. Hu / Wen tetap menjalankan
landasan-landasan dan juga cita-cita yang dirintis oleh Deng Xioping.
Kebijakan-kebijakan yang diambil Hu / Wen mencerminkan betapa Deng sangat hidup
di hati masyarakat China. Hu / Wen juga bisa menghantarkan China hingga saat
ini.
Keberhasilan
China dalam perekonomian sudah terbukti kredibilitasnya. Terbukti sejak tahun
1980 hingga saat ini China masih terus tumbuh dengan rata-rata angka
pertumbuhan perekonomian yang hampir mencapai dua digit setiaptahunnya.
Perindustrian China telah melakukan terobosan-terobosan baru dalam memasuki
pasar perindustrian. Semua ini didukung oleh sumber daya manusia yang tinggi
juga aliran dana yang masuk dari kalangan investor baik investor domestik
maupun luar negeri.
Latar
Belakang Masalah
Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa,
menjadikan negara ini negara dengan penduduk terpadat ke-4 di dunia. Pulau Jawa merupakan salah satu daerah terpadat di dunia, dengan
lebih dari 107 juta jiwa tinggal di daerah dengan luas sebesar New York.
Indonesia memiliki budaya dan bahasa yang berhubungan
namun berbeda. Sejak kemerdekaannya Bahasa Indonesia (sejenis dengan Bahasa Melayu) menyebar ke seluruh penjuru Indonesia dan menjadi
bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi, pendidikan, pemerintahan,
dan bisnis. Namun bahasa daerah juga masih tetap banyak dipergunakan.
Dari segi kependudukan, Indonesia masih menghadapi
beberapa masalah besar anatara lain :
· Angkatan kerja sangat besar, perkembangan lapangan kerja yang tersedia
tidak sebanding dengan jumlah penambahan angkatan kerja setiap tahun.
· Distribusi Kegiatan Ekonomi masih belum merata, masih terkonsentrasi di Jakarta dan
kota-kota besar dipulau Jawa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakgn yang ada
penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana laju
pertumbuhan penduduk di Indonesisa?
2.
Bagaimana
karateristik kependudukan Indonesia?
3.
Bagaimana
pandangan umum tentang ketenagakerjaan di Indonesia?
4.
Bagaimanakah
pekerjaan dan tingkat upah yang berlaku diIndonesia?
5.
Bagaimana campur
tangan pemerintah tentang kependudukan dan tenagakerjaaan?
Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui jumlah, kepadatan,
dan laju pertumbuhan penduduk.
2. Untuk mengetahui karakteristik
kependudukan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui ketenagakerjaan di
Indonesia.
4. Untuk mengetahui angkatan kerja
dantingkat upah di Indonesia.
5. Untuk mengetahui kebijaksanaan
kependudukann dan ketenagakerjaan.
2. KAJIAN TEORI
Penduduk di Indonesia
Dalam wikipedia dijelaskan bahwa
penduduk adalah semua orang yang
berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih
dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk
menetap. Angka Jumlah penduduk Indonesia dapat dijumpai pada hasil Sensus
Penduduk terbitan Biro Pusat Statistik
Laju Pertumbuhan Penduduk
Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk
Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari
205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025 (Tabel
2.1). Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia
selama periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam dekade
1990-2000, penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun,
kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen
dan 0,92 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh
turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun penurunan karena kelahiran lebih
cepat daripada penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000
penduduk pada awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode
proyeksi, sedangkan Crude Death Rate (CDR) tetap sebesar 7 per 1000 penduduk
dalam kurun waktu yang sama.
Salah satu ciri penduduk Indonesia adalah persebaran
antar pulau dan provinsi yang tidak merata. Sejak tahun 1930, sebagian
besar penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa, padahal luas pulau itu kurang
dari tujuh persen dari luas total wilayah daratan Indonesia. Namun secara
perlahan persentase penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa terus menurun
dari sekitar 59,1 persen pada tahun 2000 menjadi 55,4 persen pada tahun 2025.
Sebaliknya persentase penduduk yang tinggal di pulau pulau lain meningkat
seperti, Pulau Sumatera naik dari
20,7 persen menjadi 22,7 persen, Kalimantan naik dari 5,5 persen menjadi
6,5 persen pada periode yang sama. Selain pertumbuhan alami di pulau-pulau
tersebut memang lebih tinggi dari pertumbuhan alami di Jawa, faktor arus
perpindahan yang mulai menyebar ke pulau-pulau tersebut juga menentukan
distribusi penduduk.
Jumlah penduduk di setiap provinsi sangat beragam dan
bertambah dengan laju pertumbuhan yang sangat beragam pula. Bila
dibandingkan dengan laju pertumbuhan periode 1990-2000, maka terlihat laju
pertumbuhan penduduk di beberapa provinsi ada yang naik pesat dan ada pula yang
turun dengan tajam (data tidak ditampilkan). Sebagai contoh, provinsi-provinsi
yang laju pertumbuhan penduduknya turun tajam minimal sebesar 0,50 persen
dibandingkan periode sebelumnya (1990-2000) adalah Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Papua.
Sementara, provinsi yang laju pertumbuhannya naik pesat minimal sebesar 0,40
persen dibandingkan periode sebelumnya adalah Lampung, Kep. Bangka Belitung,
DKI Jakarta dan Maluku Utara.
Struktur umur penduduk Indonesia masih tergolong muda, walaupun dari hasil sensus dan
survei-survei yang lalu proporsi penduduk muda tersebut menunjukkan
kecenderungan makin menurun. Susunan umur penduduk hasil proyeksi yang
disajikan pada Tabel 2.3 sampai dengan Tabel 2.5 juga menunjukkan pola yang
sama. Asumsi tentang penurunan tingkat kelahiran dan kematian
Indonesia seperti diuraikan di atas sangat mempengaruhi susunan umur
penduduk. Proporsi anak-anak berumur 0-14 tahun turun dari 30,7 persen
pada tahun 2000 menjadi 22,8 persen pada tahun 2025 (Tabel 2.3).
Dalam kurun yang sama mereka yang dalam usia kerja, 15-64
tahun meningkat dari 64,6 persen menjadi 68,7 persen (Tabel 2.4) dan mereka
yang berusia 65 tahun ke atas naik dari 4,7 persen menjadi 8,5 persen
(Tabel 2.5). Perubahan susunan ini mengakibatkan beban ketergantungan (dependency
ratio) turun dari
54,70 persen pada tahun 2000 menjadi 45,50 persen pada tahun 2025.
Menurunnya rasio beban ketergantungan menunjukkan berkurangnya beban ekonomi
bagi penduduk umur produktif (usia kerja) yang menanggung penduduk pada umur
tidak produktif.
perbandingan
demografis
NO.
|
NEGARA
|
ANGKA KELAHIRAN
KASAR (AKLK) |
ANGKA KEMATIAN
KASAR (AKK) |
TOTAL FERTILITY
RATE (TFR) |
||||||
1994
|
1995
|
1997*)
|
1994
|
1995
|
1997*)
|
1995
|
1996 ***)
|
1997*)
|
||
1
|
Brunei Darussalam
|
27
|
23.2
|
23.3
|
3.0
|
3.5
|
3.0
|
3.0
|
3.4
|
2.9
|
2
|
Kamboja
|
38
|
39.2
|
31.8
|
14
|
12.8
|
11.6
|
5.0
|
5.8
|
5.2
|
3
|
INDONESIA
|
24
|
22.9
|
22.9
|
8
|
8.0
|
7.5
|
2.7
|
2.9
|
2.6
|
4
|
Laos
|
43
|
42.0
|
25.8
|
15
|
13.8
|
13.7
|
6.2
|
6.1
|
6.7
|
5
|
Malaysia
|
28
|
26.3
|
25.6
|
5
|
4.9
|
4.8
|
3.4
|
3.3
|
3.3
|
6
|
Myanmar
|
32
|
31.0
|
27.4
|
11
|
10.2
|
9.9
|
3.9
|
4.0
|
3.3
|
7
|
Filipina
|
30
|
28.7
|
28.7
|
7
|
5.9
|
5.8
|
3.7
|
4.1
|
3.7
|
8
|
Singapura
|
17
|
16.9 **
|
16.0
|
5
|
4.7 **
|
5.0
|
1.8 **
|
1.7
|
1.8
|
9
|
Thailand
|
20
|
18.2
|
17.8
|
6
|
7.3
|
7.4
|
2.0
|
1.9
|
2.0
|
10
|
Vietnam
|
29
|
26.1
|
25.6
|
8
|
7.0
|
7.0
|
3.3
|
3.1
|
3.2
|
Ketenagakerjaan
Untuk keperluan analisis
ketenagakerjaan, secara garis besar penduduk suatu negara dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga Kerja adalah setiap orang laki-laki atau
wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (www.tempointeraktif.com).
Masalah kontemporer ketenagakerjaan Indonesia saat ini
menurut analisis kami berangkat dari 4 (empat) soal besar, yaitu;
1. tingginya jumlah penggangguran massal;
2. rendahnya tingkat pendidikan buruh;
3. minimnya perlindungan hukum
4. upah kurang layak.
Konsep dan Definisi
Tenaga kerja dipilah pula kedalam dua
kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan
kerja ialah adalah penduduk berumur 15 tahun keatas yang selama seminggu
sebelum pencacahan bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja
dan mereka yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk
bukan angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak
mempunyai pekerjaan dan tidak mencari kerja (www.tempointeraktif.com).
Angkatan kerja itu sendiri dibedakan
menjadi dua yaitu pekerja dan pengangur. Yang dimaksud dengan pekerja adalah
adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada pengusaha dengan
menerima upah (www.tempointeraktif.com). Pengangguran merupakan usaha
mendapatkan pekerjaan yang tidak terbatas dalam jangka waktu seminggu yang lalu
saja, tetapi bisa dilakukan beberapa waktu sebelumnya asalkan masih dalam
status menunggu jawaban lamaran, dalam kurun waktu seminggu sebelum pencacahan.
Penganguran semacam ini oleh BPS dinyatakan sebagai penganggur terbuka.
masalah-masalah kependudukan yang berdampak negatif terhadap lingkungan
Masalah
akibat angka kelahiran
Jika fertilitas semakin meningkat
maka akan menjadi beban pemerintah dalam hal penyediaan aspek fisik misalnya
fasilitas kesehatan.Selain itu pertumbuhan penduduk akan semakin meningkat
tinggi akibatnya bagi suatu negara berkembang akan menunjukkan korelasi negatif
dengan tingkat kesejahteraan penduduknya.
Masalah akibat angka kematian
Semakin bertambah angka harapan
hidup berarti perlu adanya peran pemerintah dalam menyediakan fasilitas penampungan
dan penyediaan gizi yang memadai bagi anak balita.Sebaliknya apabila tingkat
mortalitas tinggi akan berdampak terhadap reputasi indonesia di mata dunia.
Masalah Jumlah Penduduk
Masalah yang timbul akibat jumlah
penduduk adalah aspek ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga karena
banyaknya beban tanggungan sehingga sulit untuk memenuhi gizi yang dibutuhkan.
Masalah mobilitas Penduduk
Pertumbuhan penduduk perkotaan
selalu menunjukkan peningkatan yang terus menerus hal ini disebabkan pesatnya
perkembangan ekonomi dengan perkembangan industri pertumbuhan sarana dan
prasarana jalan perkotaan.
Selain itu, semakin banyak terjadi
urbanisasi karena orang-orang desa yang dulunya kecukupan pangan namun tidak
menikmati pembangunan mulai berbondong-bondong pindah ke kota. Generasi muda
tidak ada yang mau menjadi petani.
Gambaran Kependudukan Terhadap Lingkungan
Lingkungan alam ini saling
berhubungan karena setiap organisme, dari kuman untuk ikan paus kepada
orang-orang, adalah bagian dari rantai makanan yang bergantung pada habitat
yang sehat untuk bertahan hidup.” Sebagai penduduk tumbuh, ada yang kurang dari
sumber daya dunia bagi setiap orang, pribadi kita sepotong kue semakin kecil.
Pernyataan itu menyiratkan bagaimana tindakan manusia dan bahkan semakin banyak
orang yang membutuhkan sumber daya, dampak negatif terhadap lingkungan.
Daya dukung merujuk pada jumlah
orang bumi dapat mendukung secara berkelanjutan. Hal ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti tingkat pemanfaatan sumber daya dan distribusi sumber
daya. Daya dukung diperkirakan di berbagai derajat dari angka terendah satu
miliar sampai sekitar 44 milyar. Daya dukung telah ditingkatkan oleh ilmu
pengetahuan dan diperkirakan bahwa jika Dunia melebihi “daya dukung” nya maka
ilmu akan menjadi harapan terakhir kami untuk menemukan solusi.
Peran Teknologi Dalam
Lingkungan Hidup
Teknologi saat ini, kebijakan, dan
pengaruh budaya hubungan antara dinamika populasi manusia dan lingkungan alam.
Perubahan teknologi yang paling terpengaruh kondisi lingkungan yang berhubungan
dengan penggunaan energi. Konsumsi minyak, gas alam, dan batubara meningkat
secara dramatis selama abad kedua puluh. Sampai sekitar tahun 1960,
negara-negara maju bertanggung jawab untuk kebanyakan konsumsi ini. Sejak itu,
bagaimanapun, industrialisasi di negara-negara berkembang yang baru telah
mengakibatkan ketergantungan lebih besar pada intensif dan sangat mencemari
proses produksi-sumber daya.
macam pengangguran yang lain:
1. Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang
disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar
kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.
2. Pengangguran Struktural / Structural Unemployment
Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari
lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka
lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan
kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya.
3. Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi
kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan
seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam,
tukan jualan duren yang menanti musim durian.
4. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik
turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada
penawaran kerja.
Angkatan Kerja Indonesia
Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) Agustus 2004 dan Februari 2005 Jumlah angkatan kerja pada bulan
Februari 2005 mencapai 105,8 juta orang, bertambah 1,8 juta orang dibandingkan
bulan Agustus 2004 yang besarnya 104,0 juta orang. Jumlah penduduk yang bekerja
dalam 6 bulan yang sama hanya bertambah 1,2 juta orang, dari 93,7 juta menjadi
94,9 juta orang, yang berarti menambah jumlah penganggur baru sebesar 600 ribu
orang.
Dengan demikian, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada
bulan Februari 2005 mencapai 10,3 persen, lebih tinggi sedikit dibanding TPT
pada bulan Agustus 2004 yang besarnya 9,9 persen. Jumlah penduduk yang bekerja
tidak penuh (underemployment) pada bulan Februari 2005 mencapai 29,6
juta orang atau 31,2 persen dari seluruh penduduk yang bekerja, angka ini lebih
tinggi dari keadaan Agustus 2004 sebesar 29,8 persen.
Jumlah pekerja informal pada Februari 2005 mencapai 60,6
juta orang atau 63,9 persen dari seluruh penduduk yang bekerja, angka ini lebih
tinggi dari keadaan Agustus 2004 sebesar 63,2 persen.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan.
Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan
berlangsungnya proses demografi. Pada kondisi Pebruari 2005, di Indonesia
terdapat 155,5 juta penduduk usia kerja, sekitar 60,61 persen dari mereka
berada di Pulau Jawa. Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan
ekonomi disebut angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK),
merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 angkatan kerja.
TPAK Indonesia pada Pebruari 2005 sebesar 68,02 persen,
berarti telah mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen dibandingkan dengan
kondisi Agustus 2004 yang besarnya 67,54 persen. Kenaikan TPAK ini antara lain
disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi nasional yang belum setabil, sehingga
memberikan pengaruh terhadap faktor-faktor produksi di Indonesia. Secara langsung naik turunnya faktor
produksi ini akan membeirikan dampak terhadap tinggi rendahnya faktor
permintaan dan penawaran tenaga kerja.
TPAK antar propinsi mempunyai variasi yang cukup besar.
Pada Februari 2005, provinsi Maluku mempunyai TPAK terendah 59,22 persen dan
tertinggi Nusa Tenggara Timur 79,45 persen. Sejalan dengan angka tersebut,
Tingkat Penggangguran Terbuka (TPT) antar provinsi juga bervariasi cukup besar,
dengan provinsi DKI dan Jawa Barat memiliki persentase tertinggi sebesar 14,73
persen dan terendah di provinsi Bali sebesar 4,03 persen.
Selama bulan Agustus 2004 sampai dengan Februari 2005
terdapat beberapa provinsi yang mengalami peningkatan TPAK yang sangat besar,
antara lain terdapat tiga provinsi masing-masing sebagai berikut : NAD (Nanggru
Aceh Darussalam) 6,18 persen, Kalimantan Timur 3,72 persen, dan Sumatera Utara
3,38 persen. Khusus provinsi NAD, peningkatan TPAK yang besar diikuti oleh TPT
yang besar pula, yaitu dengan peningkatan TPT sebesar 3,15 persen. Sementara
itu propinsi lain yang mengalami peningkatan TPT yang cukup nyata adalah
Sulawesi Utara 3,49 persen, Jambi 2,55 persen, Sulawesi Tengah 1,78 persen, dan
NTB (Nusa Tenggara Barat) 1,45 persen.
Menurut golongan umur terlihat bahwa TPAK terendah pada
kelompok umur 15-19 tahun, yaitu 38,79 dan meningkat seiring bertambahnya umur.
Sedangkan TPAK tertinggi pada kelompok umur 45-59 tahun sebesar
80,88. Selanjutnya
pada kelompok umur yang lebih tua, TPAK akan berangsur-angsur mengalami sedikit
penurunan. Pada kelompok lansia (umur 60 +). TPAK turun tajam menjadi hampir 52,20 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa dari 100 orang lansia,
yang aktif dalam kegiatan ekonomi sekitar 50 orang.
Pekerjaan dan Tingkat Upah
Sebaran pekerjaan
angkatan kerja dapat ditinjau dari tiga aspek yaitu
· Lapangan pekerjaan
· Status pekerjaan
· Jenis pekerjaan
DATA
UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP) 2008
Berikut ini adalah data UMP tahun
2008, nama propinsi/Kabupaten/Kota:
1.
Nanggroe Aceh
Darussalam 1,000,000.00
2.
Sumatera Utara 822,205.00
3.
Sumatera Barat 800,000.00
4.
Riau 800,000.00
5.
Kepulauan Riau 833,000.00
6.
Jambi 724,000.00
7.
Sumatera Selatan 743,000.00
8.
Bangka Belitung 813,000.00
9.
Bengkulu 683,528.00
10.
Lampung -
saya dapat
menyimpulkan :
1.
Permasalahan kependudukan di China
dibagi menjadi dua yaitu demografis yang berkaitan dengan fisik / kuantitatif
dan non demografis yang lebih ke arah kualitatif.
2.
Kebijakan memiliki "satu
anak" di China secara universal diakui efektif untuk mengendalikan
populasi di negara itu. Meskipun demikian, China adalah rumah bagi sekitar 1,3
miliar orang, lebih dari sepertujuh orang di planet ini hidup di negara itu.
3.
Permasalah demografis meliputi
jumlah penduduk yang tinggi (over population) yang menempati urutan ke 1 di
dunia, tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan persebaran penduduk yang
tidak merata.
4.
Permasalahan non demografis meliputi
rendahnya tingkat kesehatan, rendahnya tingkat pendidikan, dan juga tingginya
jumlah penduduk miskin.
5.
Secara garis besar terjadi penurunan
yang signifikan terhadap tingkat pertumbuhan penduduk, jumlah kematian bayi,
dan jumlah rakyat miskin.
6.
Adanya berbagai program untuk
mengurangi berbagai masalah kependudukan seharusnya menjadi perhatian semua
pihak yang terkait agar perbaikan kualitas SDM terus terjadi. Selain itu
pemerintah seharusnya memperhatikan kembali kebijakan yang telah
dibuat guna kesejahteraan rakyat China.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar