Rabu, 09 Oktober 2013

MASALAH KEPENDUDUKAN


MASALAH KEPENDUDUKAN

Profil Negara Republik Rakyat China

Republik Rakyat China merupakan sebuah negara yang berfaham komunis, terletak di Asia Timur yang beribu kota di Beijing dengan kota besar yang terkenal, Shanghai. Negara ini adalah negara dengan kapasitas penduduk terpadat di dunia. Sensus penduduk pada tahun 2000 sekitar 1.242.612.226 jiwa dan diperkirakan pada tahun 2010 sebesar 1.338.612.968 jiwa. RRC merupakan salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
Peradaban China kuno merupakan salah satu peradaban termasyhur di tanahAsia. Dalam sejarah, kawasan China kuno ini meliputi wilayah “Zona Tionghoa” yang terdiri dari Korea, Vietnam, pulau Liu Chin. Sekarang kawasan-kawasan ini menjadi negara-negara yang bebas terbentang dari negara RRC, Korea (Utara dan Selatan), Hongkong, Singapura dan Taiwan. Negara-negara bekas kawasan China kuno ini telah bermetamorfosis menjadi negara-negara adidaya kawasan Asia, menemani negara tetangga, Jepang. Jepang sendiri pada masa kuno menguasai kawasan “ Zona Asia Dalam” yang meliputi non-China, Manchu, Mongol, Uighur, Turki, dan Tibet.

Penduduk China
Kuantitas Penduduk :
1.      Pertumbuhan penduduk negara ini adalah 0,8% setiap tahun.2.
2.      Sebagaian besar penduduk tinggal di wilayah pedesaan.

Kualitas Penduduk :

1.      Pendidikan penduduknya sebagian besar sudah tamat SLTA.2.
2.      Angka harapan hidup penduduknya adalah 71 tahun.3.
3.      Penduduknya mempunyai pendapatan perkapita $ 7.640.

Kebijakan Pemerintah China Terkait Masalah Kependudukan

Pemerintah China telah menggunakan beberapa metode untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Pada tahun 1979, China memulai "kebijakan satu anak per keluarga". Kebijakan ini menyatakan bahwa warga negara harus mendapatkan akte kelahiran sebelum kelahiran anak mereka. Wargaakan ditawarkan manfaat khusus jika mereka sepakat untuk hanya memiliki satu anak. Warga negara yang memang memiliki lebih dari satu anak akan dikenakan pajak sampai 50% dari pendapatan mereka, atau dihukum kehilangan pekerjaan atau manfaat lainnya. Selain itu, kehamilan yang tidak direncanakan atau kehamilan tanpa otorisasi yang tepat akan perlu dihentikan. Pada tahun 1980, sistem kuota kelahiran didirikan untuk memantau pertumbuhan penduduk. Dibawah sistem ini, pemerintah menetapkan tujuan target untuk setiap wilayah. Pejabat lokal bertanggung jawab untuk memastikan bahwa populasi total pertumbuhan tidak melebihi target sasaran. Metode pengendalian populasi oleh pemerintah China untuk membatasi meningkatnya total populasi, termasuk program pengendalian kelahiran dan perubahan ekonomi. Pada era '80-an, tujuan sterilisasi telah ditetapkan dan diwajibkan bagi orang yang memiliki dua anak. Pada puncaknya pada tahun 1983, tercatat legasi tubal, vasectomi dan aborsi meningkat hingga sebesar 35% dari total kelahiran. Selain itu, perekonomian utama berubah dari pertanian ke industri. Pemerintah menggunakan ini sebagai keuntungan dalam menyebarkan pandangan bahwa pertumbuhan ekonomi akan menghambat pertumbuhan populasi.

Masalah yang terkait dengan kebijakan kependudukan. Ada banyak masalah yang terkait dengan kebijakan dan program yang ditetapkan oleh pejabat China. Pertama, program ini sulit untuk diterapkan dan hanya menghadirkan sedikit kesuksesan. Pejabat lokal yang bertanggung jawab atas total pertumbuhan telah memalsukan laporan untuk menghindari hukuman. Akibatnya, tidak adanya laporan jumlah kelahiran sebanyak 27% pada tahun 1992. Selain itu, sesuai dengan sistem kuota kelahiran masih rendah. Dari 14.808 bayi lahir antara 1980-1988, hanya sekitar setengah yang memiliki izin kelahiran sesuai hukum. Mereka yang lahir dengan legal, 88% adalah anak pertama yang kemudian diizinkan lahir. Selanjutnya, jika anak kedua lahir, hanya 11% yang diizinkan. Terakhir, orang-orang dari masyarakat pedesaan, yang ingin memiliki keluarga yang lebih besar untuk membantu peternakan keluarga, tidak bisa mentaati sistem kuota kelahiran.

Konsekuensi sosial dan politik. Pemerintah China juga harus berurusan dengan pergolakan politik dan sosial sebagai akibat dari kebijakan yang ketat. Amerika Serikat, serta banyak negara lain, secara terbuka telah menyatakan ketidaksetujuan mereka dengan para pemimpin China untuk kebijakan sterilisasi mereka. Selain itu, warga China telah membalas dengan aksi kekerasan terkait dengan kebijakan satu anak. Akhirnya, preferensi budaya untuk anak-anak telah menyebabkan sejumlah besar insiden pembunuhan bayi perempuan. Akibatnya, pemerintah China telah mengambil kebijakan "daughter only household " yang memungkinkan pasangan pedesaan yang awalnya memiliki anak perempuan pertama diizinkan untuk memiliki anak kedua.

Manfaat sosial dan ekonomi. Selama lima puluh tahun terakhir, China telah meningkatkan standar hidup dengan tetap menurunkan tingkat pertumbuhan. Akses ke sumber daya alam telah meningkat secara drastis sejak tahun 1980. Menurut State Family Planning Commission (SFPC), cakupan air ledeng telah meningkat dari 84% persen menjadi 94% dalam lima belas tahun terakhir. Selain itu, cakupan gas alam telah meningkat dari 16% menjadi 73%. Selain itu, cakupan medis telah diperluas untuk mencakup kelahiran dan asuransi kompensasi pekerjabagi para ibu yang mengikuti kebijakan kelahiran di China. Pada tahun 1998, 19% penduduk China menggunakan kebijakan ini. Manfaat lainnya adalah peningkatanharapan hidup rata-rata dari 35 tahun pada tahun 1949 menjadi 70 tahun padatahun 1996, dan menurunkan angka kematian bayi dari 200:1000 menjadi 33:1000.

Hasil di masa depan. Reformasi serius adalah yang diperlukan untuk memastikan bahwa penduduk China tidak akan terus tumbuh. Kebijakan yang lebih baik, pendidikan yang lebih baik, dan urbanisasi dapat membantu China untuk mencapai target populasi. Sejak tahun 1980, China telah menyadari pentingnya kolaborasi antar lembaga, dan itulah yang membuat SFPC terbentuk. Lembaga ini, bersama dengan yang lain bertugas mengumpulkan informasi tentang total populasi dan membantu pemerintah untuk melaksanakan kebijakan. Proyeksi pertumbuhan penduduk China diperkirakan sekitar 1,5 miliar pada tahun 2025 (PRB 7). Angka ini akan terus meningkat, dan beban sosial dan ekonomi akan terus mewabahi semua orang yang tinggal di China.

Kemajuan China
Jika dilihat dari sudut perekonomian dan tatanan kenegaraan, China telah melewati tiga fase panjang dalam sejarah perekonomian maupun kenegaraannya setelah bangsa ini berubah menjadi negara reformasi. Pertama berkisar pada tahun 1946-1976, merupakan era Mao Zedong. Negara China pada masa kepemerintahan Mao cenderung tetutup dari politik luar negeri maupun perekonomian luar negeri. Segala kebijakan yang berkenaan dengan politik, budaya, maupun pendidikan hanya diputuskan di pusat pemerintahan, yakni diBeijing dan dilandaskan pada ajaran Mao (Maoisme). Atas ketertutupan inilah maka China dijuluki sebagai “Negara Tirai Bambu”.

Fase kedua yang berkisar pada tahun 1978-2008 merupakan fase kepemimpnan Deng Xioping. Pada masa kepemimpinannya negara China cenderung terbuka baik dalam perekonomian maupun dalam berpolitik di kancah domestik maupun internasional. Deng Xiaoping merupakan pemimpin yang sangat dikagumi rakyat dalam kepemimpinannya. Kepandaiannya dalam berpolitik dan berdiplomasi sangat hebat. Seorang negarawan Malaysia, DR. Mahathir Muhammad dalam A Globalization With Commen Development (Oktober 2001) mengatakan “Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa salah satu pria terhebat abada ke-20 adalah Deng Xiaoping, bapak dari empat modernisasi China. Petuah-petuahnya harus selalu ada di benak kita bila berbicara tentang isu-isu besar dunia, bahkan untuk selamanya”.

Dari pernyataan DR. Mahathir telah digambarkan betapa besarnya sosok pemimpin Deng Xiaoping dimata kawan maupun lawan berpolitiknya. Pemimpin China yang satu ini juga memberikan andil yang besar atas kebijakan-kebijakanyang diambil oleh keputusan pemerintah pusat. Dalam perekonomian misalnya, Deng berani mengambil suatu kebijakan yang krusial, yakni sedikit melenceng dari rambu-rambu faham sosialis. Deng berkata dalam pidato kenegaraannya “Tidak penting seekor kucing itu berwarna hitam maupun putih, yang pentingadalah seekor kucing bisa menangkap tikus”.

Ucapan Deng tersebut ditujukan untuk menanggapi kritikan negara-negarasosialis yang tidak mengakui kepemilikan maupun kekayaan individu, meliputi negara-negara bekas Uni Soviet. Pada awalnya, China merupakan negara yang berfaham sosialis dalam tatanan perekonomian mereka, namun Deng memerintahkan orang-orang pemerintahan di bawahnya untuk mengambil beberapa kebijakan yang baik dan bisa mendatangkan keuntungan bagi negaranya, walaupun harus bertentangan dengan kebijakan kaum sosialis pada umumnya. Namun China masih mengklaim dirinya sebagai negara sosialis dan kebijakan perekonomian yang diambil juga mayoritas mencerminkan kesosialismenya.

Selain kebijakan di bidang perekonomian, Deng juga mengambil kebijakan di dalam menanggulangi masalah over-population. Deng menerapkan kebijakan satu anak bagi setiap keluarga di China. Kebijakan yang kemudian dijadikan sebagai peraturan negara, diambil atas dasar kekhawatiran pemerintahan terhadap meledaknya jumlah penduduk di China. Akan tetapi kebijakan ini tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan pemerintah. Peraturan satu anak hanya berjalan dipusat-pusat perkotaan, sementara di desa dan daerah-daerh pelosok masih belumbisa dilaksanakan oleh masyarakat. Mengingat pada waktu itu pedesaaan cenderung membutuhkan anak laki-laki untuk menggarap tanah yang warga miliki.

Kepemerintahan Deng juga membuat revolusi dibidang pendidikan. Pada awal mula dia memerintah Republik Rakyat China, Deng sangat memperhatikan pendidikan di negaranya. Deng berkata dalam pidato di depan masyarakat China (1978) : “Bila China ingin memodernisasi perindustrian, pertanian, danpertahanan, maka yang harus dimodernisasikan dulu adalah sains dan teknologi serta menjadikannya kekuatan produktif”.

Fase ketiga adalah masa-masa generasi penerus, pada tahun 1992-2003 China diperintah oleh Jiang Zemin / Zhu Rongji dan diteruskan lagi oleh duet Hu Jianto / Wen Jiabo sejak tahun 2003 sampai sekarang. Hu / Wen tetap menjalankan landasan-landasan dan juga cita-cita yang dirintis oleh Deng Xioping. Kebijakan-kebijakan yang diambil Hu / Wen mencerminkan betapa Deng sangat hidup di hati masyarakat China. Hu / Wen juga bisa menghantarkan China hingga saat ini.

Keberhasilan China dalam perekonomian sudah terbukti kredibilitasnya. Terbukti sejak tahun 1980 hingga saat ini China masih terus tumbuh dengan rata-rata angka pertumbuhan perekonomian yang hampir mencapai dua digit setiaptahunnya. Perindustrian China telah melakukan terobosan-terobosan baru dalam memasuki pasar perindustrian. Semua ini didukung oleh sumber daya manusia yang tinggi juga aliran dana yang masuk dari kalangan investor baik investor domestik maupun luar negeri.

           
  Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa, menjadikan negara ini negara dengan penduduk terpadat ke-4 di dunia. Pulau Jawa merupakan salah satu daerah terpadat di dunia, dengan lebih dari 107 juta jiwa tinggal di daerah dengan luas sebesar New York.
Indonesia memiliki budaya dan bahasa yang berhubungan namun berbeda. Sejak kemerdekaannya Bahasa Indonesia (sejenis dengan Bahasa Melayu) menyebar ke seluruh penjuru Indonesia dan menjadi bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi, pendidikan, pemerintahan, dan bisnis. Namun bahasa daerah juga masih tetap banyak dipergunakan.
Dari segi kependudukan, Indonesia masih menghadapi beberapa masalah besar anatara lain :
·         Penyebaran penduduk tidak merata, sangat padat di Jawa - sangat jarang di Kalimantan dan Irian.
·         Piramida penduduk masih sangat melebar, kelompok balita dan remaja masih sangat besar.
·         Angkatan kerja sangat besar, perkembangan lapangan kerja yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah penambahan angkatan kerja setiap tahun.
·         Distribusi Kegiatan Ekonomi masih belum merata, masih terkonsentrasi di Jakarta dan kota-kota besar dipulau Jawa.
·         Pembangunan Infrastruktur masih tertinggal; belum mendapat perhatian serius
Indeks Kesehatan masih rendah; Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi masih tinggi

Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakgn yang ada penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.            Bagaimana laju pertumbuhan penduduk di Indonesisa?
2.            Bagaimana karateristik kependudukan Indonesia?
3.            Bagaimana pandangan umum tentang ketenagakerjaan di Indonesia?
4.            Bagaimanakah pekerjaan dan tingkat upah yang berlaku diIndonesia?
5.            Bagaimana campur tangan pemerintah tentang kependudukan dan tenagakerjaaan?

Tujuan Penulisan Makalah
1.      Untuk mengetahui jumlah, kepadatan, dan laju pertumbuhan penduduk.
2.      Untuk mengetahui karakteristik kependudukan di Indonesia.
3.      Untuk mengetahui ketenagakerjaan di Indonesia.
4.      Untuk mengetahui angkatan kerja dantingkat upah di Indonesia.
5.      Untuk mengetahui kebijaksanaan kependudukann dan ketenagakerjaan.

2. KAJIAN TEORI

Penduduk di Indonesia
            Dalam wikipedia dijelaskan bahwa penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Angka Jumlah penduduk Indonesia dapat dijumpai pada hasil Sensus Penduduk terbitan Biro Pusat Statistik

Laju Pertumbuhan Penduduk
Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1  juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025 (Tabel 2.1). Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam dekade 1990-2000, penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun, kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen dan  0,92 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Crude Death Rate (CDR) tetap sebesar 7 per 1000 penduduk dalam kurun waktu yang sama.
Salah satu ciri penduduk Indonesia adalah persebaran antar pulau dan provinsi yang tidak merata.  Sejak tahun 1930, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa, padahal luas pulau itu kurang dari tujuh persen dari luas total wilayah daratan Indonesia. Namun secara perlahan persentase penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa terus menurun dari sekitar 59,1 persen pada tahun 2000 menjadi 55,4 persen pada tahun 2025. Sebaliknya persentase  penduduk yang tinggal di pulau pulau lain meningkat seperti, Pulau Sumatera naik dari 20,7 persen menjadi 22,7 persen, Kalimantan naik dari 5,5  persen menjadi 6,5 persen pada periode yang sama.  Selain pertumbuhan alami di pulau-pulau tersebut memang lebih tinggi dari pertumbuhan alami di Jawa, faktor arus perpindahan yang mulai menyebar ke pulau-pulau tersebut juga menentukan distribusi penduduk.
Jumlah penduduk di setiap provinsi sangat beragam dan bertambah dengan laju pertumbuhan yang sangat beragam pula.  Bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan periode 1990-2000, maka terlihat laju pertumbuhan penduduk di beberapa provinsi ada yang naik pesat dan ada pula yang turun dengan tajam (data tidak ditampilkan). Sebagai contoh, provinsi-provinsi yang laju pertumbuhan penduduknya turun tajam minimal sebesar 0,50 persen dibandingkan periode sebelumnya (1990-2000) adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Papua. Sementara, provinsi yang laju pertumbuhannya naik pesat minimal sebesar 0,40 persen dibandingkan periode sebelumnya adalah Lampung, Kep. Bangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara.
Struktur umur penduduk Indonesia masih tergolong muda, walaupun  dari hasil sensus dan survei-survei yang lalu proporsi penduduk muda tersebut menunjukkan kecenderungan makin menurun.  Susunan umur penduduk hasil proyeksi yang disajikan pada Tabel 2.3 sampai dengan Tabel 2.5 juga menunjukkan pola yang sama.  Asumsi tentang penurunan tingkat kelahiran dan kematian Indonesia seperti diuraikan di atas sangat mempengaruhi susunan umur penduduk.  Proporsi anak-anak berumur 0-14 tahun turun dari 30,7 persen pada tahun 2000 menjadi 22,8 persen pada tahun 2025 (Tabel 2.3).
Dalam kurun yang sama mereka yang dalam usia kerja, 15-64 tahun meningkat dari 64,6 persen menjadi 68,7 persen (Tabel 2.4) dan mereka yang berusia 65 tahun ke atas naik dari 4,7 persen menjadi 8,5 persen  (Tabel 2.5). Perubahan susunan ini mengakibatkan beban ketergantungan (dependency ratio) turun dari 54,70 persen pada tahun 2000 menjadi 45,50 persen pada tahun 2025.  Menurunnya rasio beban ketergantungan menunjukkan berkurangnya beban ekonomi bagi penduduk umur produktif (usia kerja) yang menanggung penduduk pada umur tidak produktif.


perbandingan demografis
NO.
NEGARA
ANGKA KELAHIRAN
KASAR (AKLK)
ANGKA KEMATIAN
KASAR (AKK)
TOTAL FERTILITY
RATE (TFR)
1994
1995
1997*)
1994
1995
1997*)
1995
1996 ***)
1997*)
1
Brunei Darussalam
27
23.2
23.3
3.0
3.5
3.0
3.0
3.4
2.9
2
Kamboja
38
39.2
31.8
14
12.8
11.6
5.0
5.8
5.2
3
INDONESIA
24
22.9
22.9
8
8.0
7.5
2.7
2.9
2.6
4
Laos
43
42.0
25.8
15
13.8
13.7
6.2
6.1
6.7
5
Malaysia
28
26.3
25.6
5
4.9
4.8
3.4
3.3
3.3
6
Myanmar
32
31.0
27.4
11
10.2
9.9
3.9
4.0
3.3
7
Filipina
30
28.7
28.7
7
5.9
5.8
3.7
4.1
3.7
8
Singapura
17
16.9 **
16.0
5
4.7 **
5.0
1.8 **
1.7
1.8
9
Thailand
20
18.2
17.8
6
7.3
7.4
2.0
1.9
2.0
10
Vietnam
29
26.1
25.6
8
7.0
7.0
3.3
3.1
3.2

Ketenagakerjaan
            Untuk keperluan analisis ketenagakerjaan, secara garis besar penduduk suatu negara dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga Kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (www.tempointeraktif.com). 
Masalah kontemporer ketenagakerjaan Indonesia saat ini menurut analisis kami berangkat dari 4 (empat) soal besar, yaitu;
1. tingginya jumlah penggangguran massal;
2. rendahnya tingkat pendidikan buruh;
3. minimnya perlindungan hukum
4. upah kurang layak.

Konsep dan Definisi
            Tenaga kerja dipilah pula kedalam dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah adalah penduduk berumur 15 tahun keatas yang selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan mereka yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan tidak mencari kerja (www.tempointeraktif.com).
            Angkatan kerja itu sendiri dibedakan menjadi dua yaitu pekerja dan pengangur. Yang dimaksud dengan pekerja adalah adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada pengusaha dengan menerima upah (www.tempointeraktif.com). Pengangguran merupakan usaha mendapatkan pekerjaan yang tidak terbatas dalam jangka waktu seminggu yang lalu saja, tetapi bisa dilakukan beberapa waktu sebelumnya asalkan masih dalam status menunggu jawaban lamaran, dalam kurun waktu seminggu sebelum pencacahan. Penganguran semacam ini oleh BPS dinyatakan sebagai penganggur terbuka.


masalah-masalah kependudukan yang berdampak negatif terhadap lingkungan


    Masalah akibat angka kelahiran

Jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah dalam hal penyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatan.Selain itu pertumbuhan penduduk akan semakin meningkat tinggi akibatnya bagi suatu negara berkembang akan menunjukkan korelasi negatif dengan tingkat kesejahteraan penduduknya.


 Masalah akibat angka kematian

Semakin bertambah angka harapan hidup berarti perlu adanya peran pemerintah dalam menyediakan fasilitas penampungan dan penyediaan gizi yang memadai bagi anak balita.Sebaliknya apabila tingkat mortalitas tinggi akan berdampak terhadap reputasi indonesia di mata dunia.



Masalah Jumlah Penduduk
Masalah yang timbul akibat jumlah penduduk adalah aspek ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga karena banyaknya beban tanggungan sehingga sulit untuk memenuhi gizi yang dibutuhkan.



Masalah mobilitas Penduduk

Pertumbuhan penduduk perkotaan selalu menunjukkan peningkatan yang terus menerus hal ini disebabkan pesatnya perkembangan ekonomi dengan perkembangan industri pertumbuhan sarana dan prasarana jalan perkotaan.
Selain itu, semakin banyak terjadi urbanisasi karena orang-orang desa yang dulunya kecukupan pangan namun tidak menikmati pembangunan mulai berbondong-bondong pindah ke kota. Generasi muda tidak ada yang mau menjadi petani.

Gambaran  Kependudukan Terhadap Lingkungan

Lingkungan alam ini saling berhubungan karena setiap organisme, dari kuman untuk ikan paus kepada orang-orang, adalah bagian dari rantai makanan yang bergantung pada habitat yang sehat untuk bertahan hidup.” Sebagai penduduk tumbuh, ada yang kurang dari sumber daya dunia bagi setiap orang, pribadi kita sepotong kue semakin kecil. Pernyataan itu menyiratkan bagaimana tindakan manusia dan bahkan semakin banyak orang yang membutuhkan sumber daya, dampak negatif terhadap lingkungan.
Daya dukung merujuk pada jumlah orang bumi dapat mendukung secara berkelanjutan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat pemanfaatan sumber daya dan distribusi sumber daya. Daya dukung diperkirakan di berbagai derajat dari angka terendah satu miliar sampai sekitar 44 milyar. Daya dukung telah ditingkatkan oleh ilmu pengetahuan dan diperkirakan bahwa jika Dunia melebihi “daya dukung” nya maka ilmu akan menjadi harapan terakhir kami untuk menemukan solusi.
Peran Teknologi Dalam Lingkungan Hidup

Teknologi saat ini, kebijakan, dan pengaruh budaya hubungan antara dinamika populasi manusia dan lingkungan alam. Perubahan teknologi yang paling terpengaruh kondisi lingkungan yang berhubungan dengan penggunaan energi. Konsumsi minyak, gas alam, dan batubara meningkat secara dramatis selama abad kedua puluh. Sampai sekitar tahun 1960, negara-negara maju bertanggung jawab untuk kebanyakan konsumsi ini. Sejak itu, bagaimanapun, industrialisasi di negara-negara berkembang yang baru telah mengakibatkan ketergantungan lebih besar pada intensif dan sangat mencemari proses produksi-sumber daya.

macam pengangguran yang lain:
1. Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya     sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.
2. Pengangguran Struktural / Structural Unemployment
Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
3. Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang menanti musim durian.
4. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.

Angkatan Kerja Indonesia     
Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2004 dan Februari 2005 Jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2005 mencapai 105,8 juta orang, bertambah 1,8 juta orang dibandingkan bulan Agustus 2004 yang besarnya 104,0 juta orang. Jumlah penduduk yang bekerja dalam 6 bulan yang sama hanya bertambah 1,2 juta orang, dari 93,7 juta menjadi 94,9 juta orang, yang berarti menambah jumlah penganggur baru sebesar 600 ribu orang.
Dengan demikian, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada bulan Februari 2005 mencapai 10,3 persen, lebih tinggi sedikit dibanding TPT pada bulan Agustus 2004 yang besarnya 9,9 persen. Jumlah penduduk yang bekerja tidak penuh (underemployment) pada bulan Februari 2005 mencapai 29,6 juta orang atau 31,2 persen dari seluruh penduduk yang bekerja, angka ini lebih tinggi dari keadaan Agustus 2004 sebesar 29,8 persen.
Jumlah pekerja informal pada Februari 2005 mencapai 60,6 juta orang atau 63,9 persen dari seluruh penduduk yang bekerja, angka ini lebih tinggi dari keadaan Agustus 2004 sebesar 63,2 persen.


Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Pada kondisi Pebruari 2005, di Indonesia terdapat 155,5 juta penduduk usia kerja, sekitar 60,61 persen dari mereka berada di Pulau Jawa. Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), merupakan ukuran     yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk  setiap 100 angkatan kerja.
TPAK Indonesia pada Pebruari 2005 sebesar 68,02 persen, berarti telah mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen dibandingkan dengan kondisi Agustus 2004 yang besarnya 67,54 persen. Kenaikan TPAK ini antara lain disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi nasional yang belum setabil, sehingga memberikan pengaruh terhadap faktor-faktor produksi di Indonesia.  Secara langsung naik turunnya faktor produksi ini akan membeirikan dampak terhadap tinggi rendahnya faktor permintaan dan penawaran tenaga kerja.
TPAK antar propinsi mempunyai variasi yang cukup besar. Pada Februari 2005, provinsi Maluku mempunyai TPAK terendah 59,22 persen dan tertinggi Nusa Tenggara Timur 79,45 persen. Sejalan dengan angka tersebut, Tingkat Penggangguran Terbuka (TPT) antar provinsi juga bervariasi cukup besar, dengan provinsi DKI dan Jawa Barat memiliki persentase tertinggi sebesar 14,73 persen dan terendah di provinsi Bali sebesar 4,03 persen.
Selama bulan Agustus 2004 sampai dengan Februari 2005 terdapat beberapa provinsi yang mengalami peningkatan TPAK yang sangat besar, antara lain terdapat tiga provinsi masing-masing sebagai berikut : NAD (Nanggru Aceh Darussalam) 6,18 persen, Kalimantan Timur 3,72 persen, dan Sumatera Utara 3,38 persen. Khusus provinsi NAD, peningkatan TPAK yang besar diikuti oleh TPT yang besar pula, yaitu dengan peningkatan TPT sebesar 3,15 persen. Sementara itu propinsi lain yang mengalami peningkatan TPT yang cukup nyata adalah Sulawesi Utara 3,49 persen, Jambi 2,55 persen, Sulawesi Tengah 1,78 persen, dan NTB (Nusa Tenggara Barat) 1,45 persen.
Menurut golongan umur terlihat bahwa TPAK terendah pada kelompok umur 15-19 tahun, yaitu 38,79 dan meningkat seiring bertambahnya umur. Sedangkan TPAK tertinggi pada kelompok umur 45-59 tahun sebesar 80,88.   Selanjutnya pada kelompok umur yang lebih tua, TPAK akan berangsur-angsur mengalami sedikit penurunan. Pada kelompok lansia (umur 60 +). TPAK turun tajam menjadi hampir 52,20 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dari 100 orang  lansia, yang aktif dalam kegiatan ekonomi sekitar 50 orang.

Pekerjaan dan Tingkat Upah
 Sebaran  pekerjaan angkatan kerja dapat ditinjau dari tiga aspek yaitu
·         Lapangan pekerjaan
·         Status pekerjaan
·         Jenis pekerjaan

DATA UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP) 2008
            Berikut ini adalah data UMP tahun 2008, nama propinsi/Kabupaten/Kota:
1.            Nanggroe Aceh Darussalam                        1,000,000.00
2.            Sumatera Utara                                            822,205.00
3.            Sumatera Barat                                              800,000.00
4.            Riau                                                              800,000.00
5.            Kepulauan Riau                                              833,000.00
6.            Jambi                                                            724,000.00
7.            Sumatera Selatan                                           743,000.00
8.            Bangka Belitung                                                      813,000.00
9.            Bengkulu                                                        683,528.00
10.         Lampung                                                         -

saya dapat menyimpulkan :

1.            Permasalahan kependudukan di China dibagi menjadi dua yaitu demografis yang berkaitan dengan fisik / kuantitatif dan non demografis yang lebih ke arah kualitatif.
2.             Kebijakan memiliki "satu anak" di China secara universal diakui efektif untuk mengendalikan populasi di negara itu. Meskipun demikian, China adalah rumah bagi sekitar 1,3 miliar orang, lebih dari sepertujuh orang di planet ini hidup di negara itu.
3.            Permasalah demografis meliputi jumlah penduduk yang tinggi (over population) yang menempati urutan ke 1 di dunia, tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan persebaran penduduk yang tidak merata.
4.            Permasalahan non demografis meliputi rendahnya tingkat kesehatan, rendahnya tingkat pendidikan, dan juga tingginya jumlah penduduk miskin.
5.            Secara garis besar terjadi penurunan yang signifikan terhadap tingkat pertumbuhan penduduk, jumlah kematian bayi, dan jumlah rakyat miskin.
6.            Adanya berbagai program untuk mengurangi berbagai masalah kependudukan seharusnya menjadi perhatian semua pihak yang terkait agar perbaikan kualitas SDM terus terjadi. Selain itu pemerintah seharusnya memperhatikan kembali kebijakan  yang telah dibuat guna kesejahteraan rakyat China.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar