Pengertian Belas Kasih
"Pemenuhan kebutuhan masyarakat bukan merupakan sesuatu yang mustahil diupayakan di tengah krisis bila moral tetap ditegakkan"
MASIH
melekat dalam ingatan, peristiwa tragis yang diberitakan oleh berbagai media
elektronik nasional pekan lalu, ketika kerumunan massa di Deli Serdang,
Sumatera Utara, mengeroyok dua pemuda hingga tidak berdaya, lalu membakar
mereka hidup-hidup, hanya karena provokasi seseorang yang menuduh dua orang itu
pencuri ternak (detik.com, 27/03/12).
Tuduhan
itu tidak terbukti, bahkan oknum yang melemparkan tuduhan tak berdasar itu pun
melarikan diri, namun dua pemuda malang itu telanjur tewas dengan cara mengenaskan.
Mengapa
penduduk negeri ini bisa sedemikian beringas? Kegelisahan makin bertambah
mengingat bahwa peristiwa ini hanya salah satu dari sekian banyak kasus
kekejaman kolektif. Ke mana perginya rasa belas kasihan dalam benak masyarakat?
Inikah potret bangsa yang mendengungkan frasa kemanusiaan yang adil dan beradab
sebagai salah satu komponen dasar negara?
Harus
diakui, kemampuan masyarakat kita dalam memelihara rasa iba pada sesama memang
melemah. Lebih jauh lagi, hilangnya kepercayaan rakyat terhadap hukum membuat
rasa saling percaya antarsesama ikut pudar. Tragedi di Deli Serdang bukan
peristiwa pertama atau terakhir main hakim. Seseorang bahkan bisa ikut
menghukum terdakwa kasus suap lewat aksi bacok seusai sidang (SM, 29/02/12).
Para
psikolog sosial berpendapat bahwa dorongan untuk menyakiti orang lain muncul
karena rasa frustrasi. Meskipun frustrasi adalah kondisi yang manusiawi dan
terjadi pada semua orang, pada level tertentu bila terjadi secara terus-menerus
tanpa penyelesaian akan menjadi berbahaya karena individu itu akan mencari cara
pelepasan secara sembarangan.
Pada
kasus di Deli Serdang, warga telah lama gusar karena sering kehilangan sapi
(Tempo, 27/02/12). Tipisnya harapan untuk menemukan kembali ternak yang dicuri,
ditambah rendahnya kepercayaan terhadap kinerja aparat penegak hukum,
menimbulkan frustrasi hebat, yang membuat massa tidak bisa mengendalikan diri
untuk melampiaskan kemarahannya.
Penyaluran
Emosi
Gejala-gejala
sosial yang tampak memang menunjukkan bahwa frustrasi telah menghinggapi
sebagian anak negeri ini. Bila kita cermati, mereka yang melakukan kekejaman
dan menyakiti orang lain secara brutal bukanlah individu yang merasa bahagia.
Pengeroyokan dan penganiayaan hampir selalu melibatkan orang-orang yang sedang
merasa tidak puas dengan kehidupannya, misalnya karena miskin, menganggur, atau
sakit hati.
Tidak
sulit mencari jawaban mengapa sebagian masyarakat kita merasa frustrasi.
Faktanya, bangsa kita memang belum meninggalkan masa krisis. Rakyat masih
merasakan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, bahkan belitan kemiskinan
baru saja memicu tindakan bunuh diri seorang perempuan di Bandung
(Metronews.com, 03/02/12). Kondisi krisis bahkan menjalar di segala aspek
kehidupan kita, termasuk krisis moral. Tetapi pantaskah krisis menjadi
pembenaran memudarnya rasa kemanusiaan?
Thurgood
Marshall, mantan anggota Mahkamah Agung Amerika Serikat, mengatakan bahwa
ukuran kehebatan sebuah bangsa terletak pada kemampuannya memelihara rasa belas
kasihan dalam masa krisis. Jadi kalau kita ini bangsa yang hebat, kita pasti
mampu mengembalikan kelembutan hati anak-anak negeri ini, menjadi bangsa yang
penuh empati dan memiliki rasa belas kasihan.
Jane
Strayer, psikolog, meyakini bahwa pada dasarnya semua manusia dilahirkan dengan
kapasitas untuk berempati pada makhluk lain. Namun perkembangan kemampuan
berempati dipengaruhi oleh pengalaman hidup tiap individu. Empati berkembang
bila individu diberi ruang dan kesempatan melepaskan emosinya secara wajar.
Sebaliknya,
perkembangan empati terhambat, bahkan pudar, bila pihak otoritas menggunakan
kemarahan sebagai alat untuk mengontrol individu di bawah kekuasaannya.
Dengan
demikian, pihak yang memiliki wewenang atas orang lain perlu memberikan ruang
untuk penyaluran emosi, dan menghindari mengendalikan pihak yang lebih inferior
dengan kemarahan; baik orang tua terhadap anak, guru terhadap murid, atasan
terhadap bawahan, atau pemerintah terhadap rakyat.
Bila
keberingasan dipicu oleh frustrasi maka harus ada upaya mengurangi hal-hal yang
menyebabkan masyarakat frustrasi lewat upaya memenuhi kebutuhan mereka, seperti
kebutuhan akan rasa aman, kepastian hukum, dan keadilan.
Pada
kasus pencurian ternak di Deli Serdang misalnya, masyarakat sudah merasa
kehilangan rasa aman atas harta miliknya serta kehilangan harapan akan jaminan
perlindungan dari aparat berwenang. Pemenuhan kebutuhan masyarakat bukan
merupakan sesuatu yang mustahil diupayakan di tengah krisis, bila moral tetap
ditegakkan.
Lebih
lanjut, para pakar ilmu perilaku juga meyakini bahwa perilaku menyakiti sesama
juga merupakan hasil dari proses belajar, artinya individu melakukan kekejaman
setelah mempelajari fenomena di lingkungan. Bukan hanya anak-anak kecil yang
meniru adegan kekerasan yang pernah disaksikannya melainkan orang dewasa pun
mengimitasi sikap dan perilaku yang diamatinya, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Misalnya
pengamatan masyarakat atas tindakan dan keputusan aparat penegak hukum yang
minim empati pada rakyat kecil; di satu sisi memang meng-gelitik nurani
individu-individu yang masih memiliki kepekaan pada rasa keadilan, namun di
sisi yang lain juga mendidik masyarakat untuk menyingkirkan rasa empati dan
mengeraskan hati.
Dengan
demikian, pihak yang senantiasa menjadi sasaran pengamatan masyarakat, baik
pejabat maupun figur publik lainnya, memiliki peran cukup penting dalam
mempengaruhi pembentukan sikap dan perilaku masyarakat.
Media
pun memegang andil mendidik masyarakat karena hitam-putihnya perilaku yang
diamati masyarakat juga dipengaruhi keputusan media dalam menyeleksi kontennya.
Mengupayakan hal ini tentunya tidak mudah, namun juga bukan hal mustahil. (10)
— Falasifatul Falah SPsi MA, dosen Psikologi Sosial Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Master of Arts in Women Study Flinders University of South Australia
Pendapat :
Menurut saya ada benarnya juga artikel di atas, karena belas kasih saat ini kurang peka sirasakan oleh masyarakat, pengertian belas kasih itu sendiri adalah:
Belas kasihan, welas asih, atau kepedulian adalah emosi manusia yang muncul akibat penderitaan orang lain. Lebih kuat daripada empati, perasaan ini biasanya memunculkan usaha mengurangi penderitaan orang lain. - Wikipedia
Belas kasih merupakan suatu taraf
kondisi bila seseorang bisa melepaskan keakuan sama sekali dan senantiasa
berpikir demi orang lain. Hal ini juga merupakan pikiran baik yang murni dari
seorang kultivator yang timbul setelah dia bisa melepaskan hasrat
keinginan dari kasih secara tuntas. Kekuatan dari pancaran sinar belas kasih
itu tiada tara, sinar itu bisa melumerkan segala materi tidak hanya yang berada
di dunia, tetapi juga menerangi segala sudut penjuru di alam semesta.
Belas kasih bisa menggugah pikiran
baik yang tersimpan dalam hati paling dalam setiap makhluk hidup. Seorang
kultivator walaupun jasadnya terjerumus di dalam kesengsaraan, belas kasih juga
bisa dengan sekejab menjadi senjata yang paling ampuh, menumpas kejahatan,
menyelamatkan jiwa yang masih tersisa akar kebaikannya.
Belas kasih meminta manusia untuk
melihat ke dalam hati agar dapat ikut merasakan kepedihan orang lain. Belas
kasih adalah sikap altruistis yang konsisten. Langkah-langkah untuk menumbuhkan
belas kasih dipaparkan dalam karya mantan biarawati ini: mempelajari belas
kasih, menumbuhkan belas kasih pada diri, empati, penuh perhatian, action,
mengetahui bagaimana seharusnya berbicara kepada sesama, dan mencintai musuh.
Belas kasih dan cinta universal
tidak akan tumbuh dalam semalam. Langkah-langkah tersebut perlu diikuti untuk
memahami dan menjadi berbelas kasih.
Bila menyayangi seluruh makhluk
hidup serta memberikan kebahagiaan kepada mereka, disebut dengan kasih.
Merasakan penderitaan dan prihatin kepada mereka serta mencabut dan
menghilangkan penderitaan mereka dan menyelamatkan roh jiwa seseorang agar
tidak sampai menjadi bejat merupakan belas kasih yang paling besar bagi makhluk
hidup.
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/03/08/179599/Belas-Kasih-yang-Makin-Hilang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar